Pages

Kamis, 31 Maret 2011

Long Journey in Yogyakarta, Center Java, Indonesia

Oke guys, kali ini gue mau berbagi pengalaman tentang liburan. Tepatnya liburan ke kota pendidikan Yogyakarta. Jadi, buat lo semua yang pengen liburan kesana dan mau tau destinasi-destinasi yang oke serta pengeluaran yang dibutuhkan, tanpa panjang lebar, cedisot !!!

Bermula dari sebuah speak-speak ga penting, ketika kami ngebayangin serunya liburan ke luar kota, untuk mengisi libur panjang semesteran yang lalu. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan yang namanya "Long Journey in Yogyakarta".

Dua minggu sebelum kepergian, kami mulai grasak-grusuk membicarakan dan mempersiapkan kepergian secara lebih intens. Teman-teman yang ada di Jogja, dihubungi. Berharap ada yang mau memberikan tumpangan menginap selama kami disana. (Beruntung pacar teman gue adalah mahasiswa di salah satu universitas di kota pendidikan ini, jadi ga perlu repot-repot dan ngeluarin biaya lebih untuk menginap). Lalu bertanya kesana-sini, gimana jalan kesana, yaitu dari Jatinangor - Yogyakarta. Setelah itu, kita persiapkan barang-barang pribadi, supaya nanti disananya nggak kerepotan.

Rute yang kami tempuh ternyata cukup panjang. Berawal dari Jatinangor, naik angkot ke Stasiun KA Rancaekek dengan ongkos Rp. 2500/orang. Kemudian, kita naik KA menuju Stasiun Padalarang, dengan ongkos Rp. 2000/orang. Mengapa ke Padalarang? Karena, kami berniat untuk naik KA kelas ekonomi yang tentunya ekonomis. Sesampainya disana, kami mulai mengambil bagian dalam antrian loket karcisnya, tapi tiba-tiba, keraguan mulai hadir di benak kami. Lebih baik naik KA ekonomi dengan Rp. 31.000 atau KA bisnis yang harganya brlipat-lipat dari KA ekonomi, yaitu Rp. 115.000. Tapi, atas pertimbangan kenyamanan, kami memutuskan naik KA bisnis. (Belajar dari pengalaman naik KA ekonomi yang cukup dramatis). Tapi, karena semua KA yang berangkat dari Padalarang adalah KA ekonomi. Maka, kami memutar balik ke stasiun KA Bandung. Ongkosnya Padalarang - Bandung hanya Rp. 1000/orang. Sekitar 45 menit di atas kereta, kami sampai di Bandung dan langsung membeli karcis. Karena ada waktu senggang sekitar 1,5 jam menuju keberangkatan, kamipun mengelilingi stasiun, mencari makanan untuk mengisi perut.



Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 wib, artinya kami harus sudah menaiki gerbong kereta. Mencari kesana-sini tempat duduk, dan akhirnya ketemu. Kami sudah duduk rapi dan barang sudah disimpan. Tiba-tiba, ada penumpang menghampiri kami dan mengatakan, tempat yang kami duduki itu adalah tempatnya yang sesuai karcis. Dan setelah kami periksa benar-benar, ternyata memang benar itu tempatnya. Wahh, malu sekali rasanya saat harus pindah membawa ransel dan mencari-cari lagi. Lalu, kami tanya pak kondektur yang sedang berjalan-jalan, dan akhirnya kami diantarkan ke tempat kami yang benar. Huhh, lega rasanya setelah menempati kursi kami sendiri.

Kereta kami mulai melaju perlahan, dengan membunyikan bunyian khasnya "trroooonn, jesh.jesh..." (maaf kalo gue salah mengilustrasikan suaranya, :D ). Hari sudah gelap, hujanpun mengguyur kereta yang kami tumpangi. Udara dingin mulai menembus masuk ke dalam kereta melalui celah-celah jendela. Udara dingin itu ditambah kipas angin, membuatku menggigil, menembus jaket tebalku.

Sepanjang perjalanan, aku tidak bisa tidur pulas, sesekali pasti terbangun, takut-takut kelewatan, karena Jogja hanya stasiun singgahnya. Stasiun demi stasiun kami lewati, langit masih berwarna hitam kelabu dipenuhi embun tebal. Di kaca jendela terlihat titik-titik embun yang menetes terbawa angin, saking kencangnya kereta kami.

Pukul 05.00 wib, kami telah sampai di stasiun Tugu, Yogyakarta. Kegirangan mulai muncul, tat kala kami menginjakkan kaki di kota "keraton" itu. 2 orang teman telah menunggu di ruang tunggu. Salah satu dari mereka, melmbaikan tangan. Tapi sebelum menghampiri mereka, kami menyempatkan foto di stasiun itu.



Kemudian, kami dijemput dengan motor. Dan dibawa ke kontrakan mereka. Disitu, kami istirahat sejenak. Melepas kelelahan selama di kereta.

Hari pertama dimulai.
Setelah sarapan dan membersihkan tubuh, kami langsung pergi ke Malioboro, tepatnya pukul 10.00. Hanya dengan ongkos Rp. 3000, kita bisa naik bus Trans Jogja menuju Malioboro. Mulai berjalan di sepanjang jalanan malioboro, membeli ini-itu untuk oleh-oleh. Keluar-masuk dari satu toko ke toko yang lain. Hingga sampai ke salah satu toko batik yang sangat terkenal di Jogja, yaitu MIROTA BATIK yang katanya milik Sultan. Segala jenis barang ada disini, mulai dari pakaian, mainan, pajangan, sampai makanan pun ada. Hanya saja, harga disini menurutku lebih mahal dibandingkan dengan dagangan kaki lima malioboro. Tapi, bukan hanya itu, di toko ini kita juga bisa berfoto-foto, karena banyak objek yang bagus.



Menyebrang dari Mirota Batik, kita menemukan Pasar Bringharjo. Berbagai jenis pakaian ada disini, tapi lebih didominasi dengan batik. Makanan disini juga cukup banyak pilihan, seperti yang kami makan yaitu nasi gudeg + burung dara + aqua, harganya berkisar Rp. 30.000/2 porsi.

Setelah kenyang, kami melanjutkan perjalanan ke Benteng Vredeburg. Letaknya tidak terlalu jauh dari malioboro, bisa dilalui dengan berjalan kaki. Asyik melihat-lihat, tapi hanya dari luar. Lalu kami ke Taman Sari, yang masih merupakan bagian dari Kraton Jogja. Di salah satu sisi Taman Sari terdapat kolam renang, yang dulu katanya tempat mandi para selir/dayang-dayang sultan. Disini, jalannya berupa lorong-lorong dan sebagian bangunan ada yang roboh, tapi sering digunakan sebagai tempat pemotretan.

Malam harinya, kami berkeliling kota Jogja. Mulai dari depan kraton, alun-alun, malioboro, sampai "nangkring" di angkringan (lupa nama jalannya), tapi disitu berjejer penjual angkringan yang salah satu andalan minumannya adalah Kopi Joss, yaitu kopi yang dicelupin bara arang, jadi bunyinya jossss.

Setelah nge-joss ala Jogja, kini sudah saatnya kami beranjak ke Tugu Jogja. Waktu sudah menunjukkan pukul 03.00 wib, sengaja subuh-subuh, supaya bisa mengambil angel yang bagus. Dan supaya tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Ckrek..ckrek..ckrek.." foto demi foto kami ambil, serasa jadi model saja. Tapi itulah kenikmatan jalan-jalan, dan tentunya supaya ada bukti kalau kami pernah ke Jogja. Karena, konon katanya, jika tidak berfoto di Tugu Jogja, serasa belum pernah ke Jogja.

Malam semakin larut, kami pun beranjak pulang ke kontrakan teman tadi. Berbincang-bincang sebentar, lantas tertidur begitu saja.



Hari Kedua dimulai.
Hari kedua ini kami merencanakan untuk bermain air di pantai, sambil melihat sunset. Kami berangkat menuju Pantai Baron. Berjam-jam di atas motor, tidak membuat kami putus asa, hingga akhirnya kami sampai di TKP. Wahh, sedikit kecewa memang melihat air laut yang lagi pasang dan yang sudah sampai ke tempat peristirahatan. Tapi, itu tidak lantas mematahkan semangat untuk bermain ombak. Gue buka baju, celana dan semuanya, lantas mengolesi tubuh dengan sunblock. Sedikit pemanasan, kemudian berlari di sepanjang pantai, terus memanjat tebing seorang diri. Berlari tanpa alas kaki, kerikil-kerikil tajam tidak dihiraukan. Ketika sampai di puncaknya, gue melihat pemandangan yang luar biasa.



Hamparan air laut yang membentang luas ada di depan mata. Gue teriak sekencang-kencangnya, menyebut satu nama dan berteriak kencang. Berulang-ulang gue teriak, sampai perasaan lega, meskipun tenggorokan jadi serak. Setelah puas dengan itu, gue memutuskan untuk turun tebing. Ternyata, teman-teman yang lain sedang mencari-cari keberadaanku.



Ini saatnya main ombak bersama teman-teman yang lain. Begitu lipatan ombak mulai datang, kami bersiap-siap untuk menghadapinya. Saat ombaknya datang, kami lantas berteriak "huwaaaaa" (ungkapan kelegaan). Berulang-ulang seperti itu, higga perut pun mulai merasa lapar.



Kami bergerak menuju sebuah saung, disitu telah tersedia berbagai masakan dengan bahan dasar ikan (Sebelumnya kami sudah memesan ikannya, dari kapal nelayan yang baru pulang melaut). Wesss...wenak tenan rek!!. Kami menyantap ikan-ikan itu sampe puas, ber-potong-potong ikan telah kami habisi. Kini saatnya menikmati es kelapa/es degan, dengan suasana pantai yang sangat erat dengan desiran angin, kami mengisap air kelapa itu perlahan-lahan.

"slurrp...slurrp...slurrp...", nikmat sekali rasanya.



Perut sudah kenyang, matahari sudah mulai mau tenggelam. Lantas, kami memutuskan pergi ke Pantai Kukub untuk melihat Sunset, karena di Kukub kita bisa melihatnya dengan lebih jelas. Pantai Kukub tidak kalah indahnya dengan Baron, pasirnya yang putih, karang-karang tajam, airnya yang bening, terhampar di depan mata.



Kini air laut terlihat mulai menguning, langit kuning keemasan. Matahari mulai menenggelamkan dirinya ke dasar lautan. Pemandangan yang indah ini, tidak lantas kami biarkan lewat begitu saja. Foto demi foto kami ambil, untuk mengabadikan kenangan indah ini. Kami naik ke atas saung yang telah disediakan oleh pengelola tempat itu, untuk melihat sunset dengan begitu jelasnya. Setelah asik dengan sunset, kamipun beralih ke sebuah penangkaran ikan hias. Ada cukup banyak ikan hias disitu, cantik-cantik lagi, sampai seorang teman memutuskan membelinya.



Badan sudah mulai merasa lelah, kulit sudah mulai mengering, dan kami memutuskan untuk kembali pulang dan beristirahat. Waktu berjam-jam pun kami tempuh, agar sampai di kontrakan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dan kami baru sampai. Letih memang, tapi pengalamannya tidak akan terlupakan. Amazing.

Kini kita sudah memasuki hari ketiga.
Hari ini, kami memutuskan untuk berwisata ke salah satu keajaiban dunia beberapa tahun silam, yaitu Candi Borobudur.



Berjam-jam waktu diperjalanan melewati Magelang (pada saat itu, jalan terputus karena lahar dingin). Harga tiket masuk ke Candi saat itu Rp. 25.000/orang. Kami berempat, masuk dan mengitari candi ini. Tapi sayang sekali, kami dilarang menaiki stufa yang ada di puncak candi itu. Karena masih dalam proses pembersihan dari debu-debu vulkanik (beberapa waktu sebelum itu, terjadi letusan merapi). Asik berkeliling, kami lantas makan siang dan membeli berbagai cendera mata khas candi borobudur. Mulai dari baju-bajunya sampai pigura-piguranya.

Setelah seharian berkeliling Candi Borobudur, kami beranjak ke Candi Mendut yang letaknya tidak terlalu jauh dari Candi Borobudur itu. Disini, candinya jauh lebih kecil daripada Borobudur. Kami pun hanya mengambil foto di Mendut, berkeliling di sekitar candi tanpa masuk, karena layanan berkunjung saat itu sudah habis.



Lalu kami melanjutkan perjalanan ke sebuah tempat yang biasa digunakan untuk berdoa yaitu Sendang Sono. Sendang sono terkenal dengan keadaannya yang sunyi, enak dijadikan tempat untuk kusyuk memanjatkan doa-doa serta merenung. Terdapat banyak toko yang menjual berbagai buah tangan, seperti patung Yesus, rosario, kalung salib, lilin, dan lain-lainnya.

Kami membeli lilin, lantas berdoa di tempat-tempat yang telah disediakan. Ada banyak tempat yang bisa kita pilih untuk memanjatkan doa. Berhubung saat itu sudah tengah malam, kami pun berdoa di tempat yang sama. Doa demi doa kami panjatkan. Lalu menikmati secangkir kopi hangat di kedai yang ada disitu yang buka 24 jam. Asik berbincang-bincang, sampai-sampai kami hampir lupa waktu. Malam sudah semakin larut dan kami memutuskan untuk beranjak pulang. Dan kami sampai di rumah sekitar pukul 02.00 pagi.

Hari keempat tiba, yang merupakan hari terakhir kami di Kota Pendidikan ini.
Hari ini, kami merencanakan untuk "Wisata Kampus", maksudnya kami akan mengelilingi kampus-kampus yang ada di kota Jogja ini. Dimulai dari Universitas Gadjah Mada, Universitas Atma Jaya Yogayakarta, Universitas Sanata Dharma, UKDW, Universitas Pembangun Nasional dan lain sebagainya.



Hari itu sudah semakin larut, waktu hampir menunjukkan pukul 00.00 WIB. Artinya kami harus berangkat ke stasiun, menunggu kereta tumpangan kami yang berangkat pukul 00.00. Sekian lama menunggu, keretanya datang dan kami masuk ke dalam kereta. Mengucapkan salam perpisahan bersama teman-teman di Jogja, cukup membuat suasana haru. Tapi, 4 hari bersama mereka merupakan hari yang sangat indah, yang tidak dapat dilupakan begitu saja.

Kini kereta mulai melaju, meninggalkan dentingan gamelan di kota Yogayakarta. Di kereta, kami tertidur dan ketika bangun pagi itu, kami sudah sampai lagi di kota kembang Bandung. Rasanya, letih dan lelah di perjalanan cukup tergantikan dengan kenikmatan liburan kali itu. Semoga suatu saat nanti, kami dapat kembali berlibur disini dengan pengalaman yang lebih seru lagi.

" We love Jogja, the rich cultural heritage city "

0 komentar:

Posting Komentar